Kadang, cinta datang dengan niat yang paling tulus— ingin menjaga, melindungi, dan menemani sepenuhnya. Namun tanpa sadar, cinta juga bisa melewati batas.
Pertanyaannya pun muncul, “Did I cross the line?” Bukan karena ingin menyakiti, justru karena terlalu takut kehilangan.
Terlalu ingin dicintai balik, hingga lupa bahwa setiap orang punya ruang yang patut dihormati.
Cinta Bukan Tentang “Selalu Ada”
Banyak yang percaya bahwa mencintai artinya selalu hadir: selalu bertanya, selalu ikut campur, selalu "ada." Namun kenyataannya, cinta yang sehat tahu kapan harus diam. Tahu kapan harus memberi jarak.
Cinta yang dewasa paham bahwa membiarkan seseorang jadi dirinya sendiri kadang lebih bermakna daripada terus-menerus hadir tapi membuat sesak.
Ketulusan Bukan Pembenaran
Niat baik tidak selalu menghasilkan dampak baik. Kadang yang membuat cinta jadi rumit bukan kurangnya rasa, tapi justru karena rasanya terlalu besar.
Dan dalam besarnya rasa itu, batas-batas bisa lenyap. Kita lupa bertanya, apakah yang kita lakukan benar-benar dibutuhkan, atau hanya pelampiasan dari rasa takut kehilangan?
Belajar dari Kehilangan
Ini bukan soal penyesalan, bukan juga keinginan untuk kembali.
Ini hanya pengakuan— bahwa mencintai juga butuh kedewasaan. Dan terkadang, kita belajar dengan cara yang paling menyakitkan: kehilangan.
Tag: cinta dewasa, refleksi cinta, puisi cinta, kehilangan, hubungan sehat, belajar melepaskan
0 개의 댓글: